Yuk kenalan sama "Ho'o Ponopono"!

Bratang-Surabaya, 11 Nop. 17.
Sabtu pagi, setelah melewati proses males mandi massal dan mbuletisasi, Akhirnya saya dan rekan bisa meliput acara workshop healing therapy. Workshop yang dikhususkan untuk kalangan praktisi, terapis, dan psikolog ini mendatangkan narasumber seorang praktisi silva healing, crystal healing, dan Ho’o ponopono. Sebagai mahasiswa psikologi semester lima –yang haus akan ilmu praktek- ikut serta dalam acara ini menjadi kepuasan tersendiri.
Dalam workshop healing therapy ini lebih memfokuskan pada tiga method (silva healing, crystal healing, dan Ho’o ponopono) dan dari keterangan ketua panitia, ketiga method ini masih terbilang baru bagi para praktisi di Surabaya. FYI workshopnya dibatasi hanya 20 seats, dan HTM nya 500k dude! –how lucky Iam! hanya dua orang mahasiswa yang dibolehkan ikut, free entry pula. Even untuk liputan sih-
Oke, back to pembahasan. Sebelum masuk pada bagaimana metode terapi ini, kita harus kenalan dulu nih sama si “Ho’o Ponopono”. Pertama kali mendengar nama teknik ini memang agak menggelitik. Kok namanya aneh ya? Yap. Karena teknik ini berasal dari Hawaii, jadi arti kata Ho’o sendiri adalah menyebabkan, dan Ponopono berarti “kesempurnaan”. –bukan noponopo loh ya- singkatnya, arti ho’o ponopono adalah membetulkan atau meralat sebuah kekeliruan.
Nah yang menjadi titik penting teknik ini adalah terapist, atau individu harus memiliki kesadaran bahwa kita bertanggung jawab penuh untuk semua hal yang terjadi di dunia ini. Lalu apa pentingnya bagi kita untuk mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya? Bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan berarti kita terus menerus melakukan pembersihan memori-memori –data buruk yang tersimpan di unconcious- pembersihan ini akan membawa kita sampai pada “titik nol”.
Apa itu titik nol? Menuruh morrnah, adalah kondisi saat kita menjadi “bersih” dan dimana segala sesuatu berjalan dengan sempurna. Ini terjadi saat kita sudah merasa sangat dekat dengan tuhan.

Lalu bagaimana cara melakukan pembersihan memori ini? Nah dalam teknik ini ada yang dinamakan “4 afirmasi”. Apa saja itu?
“I am sorry” = pengakuan
“Please, forgive me” = permintaan maaf
Thank you = rasa syukur
I love you = penerimaan
Keempat kata afirmasi ini memiliki connected feeling yang kuat, sehingga ketika kita mengucapkan keempat kata tersebut berarti kita menyadari bahwa segala sesuatu merupakan tanggung jawag kita, sehingga kita perlu meminta maaf dan berterima kasih atas apa yang telah terjadi, agar sesuatu yang bersifat negatif itu tidak menjadi PR untuk kita dan mengendap pada alam bawah sadar kita –yang pada akhirnya akan menjadi pemicu mental illness-. Pada saat kita memaafkan berarti kita melepaskan dengan damai. Ingat! Ketika ada hal yang negatif terjadi, jangan pernah berusaha melupakan! Karena sebenarnya tidak ada yang bisa kita lupakan atau kita ingat. Kita tidak bisa memilih mana yang harus dilupakan atau tidak. Bahkan kita lebih sering mengingat hal yang kita ingin lupakan. Kenapa? Karena saat kita berusaha melupakan, sebenarnya kita sedang mengingat yang kita lupakan.
Ucapkan keempat mantra ini terus menerus dalam hati, hingga mencapai titik nol. untuk membersihkan segala unfinished bussiness dan kejadian negatif di masa lalu. -Sebenarnya ada tahapan relaksasi sebelum menerapkan 4 kalimat afirmasi diatas. Yang sepertinya belum bisa saya jelaskan ditulisan ini-
Untuk sementara, sampai disini pembahasan tentang Ho’o Ponopono. Semua materi yg diuraikan berdasarkan catatan dan pemahaman pribadi penulis selama workshop. penulis menyadari pembahasan diatas masih sangat global. jika ada kesalahan pada redaksi dan kesesuaian teori, sepenuhnya merupakan kelalaian  penulis. maka kritik dan saran sangat penulis harapkan. Jika ingin mengetahui lebih detail tentang teknik ini, bisa di baca buku “Zero Limit By Ihaleakala Hew Len” terimakasih. salam semangat :)

Komentar